MEDAN (RA) - Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPW Apkasindo) Sumatera Utara, Gus Dalhari Haraap, menegaskan bahwa perkebunan kelapa sawit tidak bisa serta-merta disalahkan sebagai penyebab banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut Gus Dalhari, fakta di lapangan justru menunjukkan bahwa kebun sawit juga menjadi korban dari bencana tersebut.
Dia menyebut, banyak areal perkebunan sawit yang rusak akibat terjangan banjir bandang, bahkan terhempas oleh gelondongan kayu yang terbawa arus air deras dari kawasan pegunungan.
- Baca Juga BMKG: Cuaca Riau Masih Didominasi Hujan
"Perlu dilihat secara objektif. Kebun sawit juga ikut terdampak banjir bandang kemarin, karena terhempas gelondongan kayu yang terbawa air dari atas pegunungan," ujar Gus Dalhari kepada riauaktual.com, Rabu (17/12/2025).
Ia mencontohkan daerah Garoga sebagai titik awal bencana. Di wilayah bagian atas Garoga, kata dia, tidak terdapat perkebunan sawit, namun justru mengalami dampak kerusakan yang sangat parah.
Hal ini, menurutnya, menjadi bukti bahwa penyebab utama banjir bandang tidak bisa serta-merta diarahkan kepada perkebunan sawit.
Gus Dalhari juga menyoroti adanya narasi yang dinilainya tidak konsisten terkait sawit. Saat musim kemarau, sawit kerap dituding sebagai tanaman yang rakus menyerap air. Namun ketika banjir terjadi akibat intensitas curah hujan yang sangat tinggi, sawit justru kembali disalahkan dengan anggapan tidak mampu menyerap air.
"Narasi yang bertolak belakang inilah yang akhirnya memperkeruh posisi sawit, padahal sawit merupakan penopang perekonomian dan penyumbang devisa negara," tegasnya.
Terkait penegakan hukum, Gus Dalhari menilai persoalan sesungguhnya sudah sangat jelas. Ia menekankan pentingnya tindakan tegas terhadap aktivitas penebangan pohon yang tidak terkelola dengan baik.
Menurutnya, penebangan liar dan pengelolaan hutan yang buruk menjadi pemicu utama munculnya gelondongan kayu yang terbawa arus air dan menghancurkan kawasan di sekitarnya saat hujan deras berlangsung terus-menerus.
"Penindakan hukum harus difokuskan pada penebangan yang tidak termanajemen dengan baik. Inilah yang menyebabkan daerah sekitar menjadi luluh lantak akibat gelondongan kayu yang terbawa air," katanya.
Dia mengajak seluruh pihak untuk mengedepankan semangat kemanusiaan dengan membantu masyarakat yang terdampak bencana.
Gus Dalhari juga berharap pemerintah dapat lebih masif dan hadir secara nyata dalam pemenuhan kewajibannya melindungi serta menolong warga negara yang terkena dampak banjir bandang.
"Bantuan pemerintah itu bukan sekadar konotasi bantuan, melainkan kewajiban negara dalam memberikan perlindungan kepada warganya," pungkasnya.
